Sistem distribusi air di hotel, yang cenderung rumit dan mencakup area luas, menyimpan risiko kontaminasi mikrobiologis yang sering kali luput dari perhatian. Panjangnya jalur pipa, air yang tertampung lama dalam tangki, serta penggunaan air panas untuk keperluan mandi, spa, dan fasilitas lainnya, menciptakan kondisi ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme berbahaya. Salah satu patogen yang paling umum dalam kondisi ini adalah Legionella pneumophila, bakteri yang dapat berkembang dalam air hangat dan memicu penyakit serius.
Legionella pneumophila sebenarnya cukup umum ditemukan di lingkungan perkotaan. Ia berkembang optimal pada suhu antara 20°C hingga 45°C, kisaran suhu yang kerap dijumpai dalam sistem air hotel jika tidak dikelola dengan baik. Di fasilitas besar seperti hotel atau gedung bertingkat, kelalaian dalam pengelolaan air dapat menyebabkan bakteri ini berkembang pesat, terutama di sistem air panas yang digunakan oleh para tamu.
Bakteri ini paling berbahaya saat menyebar melalui proses aerosolisasi, yaitu saat air terkontaminasi berubah menjadi partikel halus di udara, misalnya saat pancuran, jacuzzi, atau air mancur digunakan. Partikel ini bisa terhirup tanpa disadari, dan bagi individu dengan daya tahan tubuh lemah, hal ini dapat memicu infeksi berat yang dikenal sebagai Legionnaires’ disease, sejenis pneumonia akut yang dapat berakibat fatal.
Salah satu kasus tragis pernah terjadi di sebuah hotel, di mana beberapa tamu meninggal setelah terpapar Legionella dari sistem air hotel tersebut. Bakteri ditemukan berasal dari pancuran dan fasilitas spa, dan setelah dilakukan penyelidikan, hotel itu pun ditutup secara permanen karena dianggap lalai dalam menjaga keselamatan tamu.
Peristiwa ini menjadi peringatan tegas bagi seluruh pengelola hotel agar tidak mengabaikan pentingnya sistem pengelolaan air yang aman dan higienis. Pencegahan dan pemeliharaan rutin bukan sekadar kewajiban teknis, melainkan tanggung jawab besar untuk melindungi kesehatan dan keselamatan setiap tamu yang menginap.